Sungai Bontang berubah Merah. sumber: kaltimpost.co.id |
Ribuan warga Bontang Selasa (11/2) kemarin dibuat heboh, lantaran aliran sungai di kawasan Jembatan Kuning, Jalan WR Soepratman, Berebas Tengah, mendadak berwarna merah terang. Warga yang heran pun memadati jalan hingga menimbulkan kemacetan sekitar pukul 14.00 Wita.
Ini langsung menarik perhatian polisi. Satu peleton Dalmas dan jajaran Satlantas Polres Bontang kemudian dikerahkan untuk mengatur jalanan. Yang mulai padat di Jalan Jendral Soedirman, Jalan Sutan Syahrir, hingga Jalan Sultan Hasanuddin.
Berbagai opini warga pun muncul, mulai yang mistis seperti mengira ada hujan darah hingga pikiran logis yang menyebut ini akibat tumpahan cat.
Penyebabnya langsung jelas, ketika Polres Bontang dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bontang mengecek lokasi, sekira pukul 14.45 Wita.
“Tiba di TKP, anggota kami mendapat informasi pencemaran berasal dari pembuangan cairan di Jalan Akuamarin, Gang Merpati, RT 23 Kelurahan Berebas Tengah. Tepatnya di belakang Diskotek Gembira. Saat ini (hingga tadi malam, Red.) pelaku yang membuang cairan itu sedang kami periksa,” kata Kapolres AKBP Heri Sasangka, melalui Kasat Reskrim AKP Tasimun, kemarin.
Benar, ternyata penyebab aliran sungai Bontang menjadi merah itu akibat tercampur air bekas pencucian drum berisi ferticol yang dilakukan oleh Sri Sumanto (48), bos CV Bontang Solo Bersama (BSB).
Ferticol adalah cairan pewarna pupuk. Sebanyak lima drum bekas penampungan ferticol dicucinya bersama dengan karyawannya. Bekas cucian itu kemudian dibuang ke parit di depan kantor, yang ternyata terkoneksi dengan sungai di kawasan Jembatan Kuning.
“Saya beli drum itu sudah lama, saya lupa. Saya beli di pos 7 (Kelurahan Lhoktuan, Red.) seharga Rp 180 ribu per buah. Drum-drum itu saya bersihkan, rencananya mau saya pakai untuk tanam buah naga. Kebetulan di samping rumah saya, buah naganya sudah tumbuh, jadi mau saya pindah,” aku Sri yang kerap disapa Sentot.
Dia mengaku sudah dua kali mencuci drum berisi ferticol dan dibuang ke parit. Hanya saja, saat aktivitas pertama beberapa minggu lalu, kondisinya akan hujan. Sehingga, larutan itu diduga cepat menyatu dengan air.
“Tadi (kemarin, Red.) saya cuci drum sebelum zuhur. Kebetulan pas kondisinya gerimis. Saya pikir akan hujan. Makanya saya cuci drum. Ternyata tidak hujan. Akhirnya saya dapat kabar dari polisi pukul 15.00 Wita kalau gara-gara saya, sungainya berubah warna. Saya minta maaf karena telah membuat panik warga. Tapi Insya Allah itu (pewarna pupuk, Red.) tidak beracun,” katanya.
Hingga Selasa (11/2) malam tadi, kerumunan warga masih mengepung Jembatan Kuning. Bahkan, tidak sedikit yang berusaha mengabadikan momen langka tersebut. Meski demikian, hingga tadi malam warna air masih agak merah.
PENYUPLAI CAT DAN BAHAN BANGUNAN
Diketahui, kantor CV Bontang Solo Bersama merupakan perusahaan penyuplai berbagai macam cat dan bahan bangunan. Dia kabarnya terlibat dalam beberapa proyek yang berhubungan dengan Kaltim 5, pabrik baru PT PKT.
Sementara dari pantauan media ini, drum berisi pewarna yang sudah dicuci itu ditumpuk di belakang kantor CV Bontang Solo Bersama, tepatnya di bawah kolong. Ada sekitar 35 drum ukuran 250 liter. Lima di antaranya sudah tampak bersih.
Masuk ke kantor, di sebelah kanan depan terdapat gudang penyimpanan cat dan tiner. Pindah ke gudang belakang, polisi dan BLH pun sedikit curiga dengan keberadaan consentrat new ferticol ultra red sebanyak tujuh ember ukuran 20 kilogram. Selain itu, tandon ukuran 1.000 liter, dinding, hingga jendela penuh dengan tumpahan pewarna.
“Informasi dari salah seorang karyawan, dulu perusahaan itu menyuplai ferticol ke PT Pupuk Kaltim. Tapi, sekarang sudah tidak lagi. Fokusnya menyuplai cat dan bahan bangunan ke proyek Kaltim 5. Meski demikian, karyawan dan pemilik masih kami periksa,” jelas Kasat Reskrim Tasimun.
BLH MASIH UJI
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bontang belum bisa memastikan apakah air yang mencemari sungai di Jembatan Kuning itu masuk dalam kategori B3 atau bukan. Kepala BLH Agus Amir dan jajarannya masih membawa sampel air itu ke laboratorium di Sucofindo.
Sementara, Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) BLH Riwan Rudiyatmoko yang ditemui di lokasi mengatakan, dugaan sementara limbah yang dibuang itu tidak berbahaya selama tidak melebihi ambang batas. Meski demikian, dia belum bisa memastikan kandungan yang ada dalam pewarna pupuk tersebut.
“Sementara belum bisa dipastikan apakah berbahaya atau tidak. Namun, bisa jadi berbahaya kalau melebihi ambang batas. Kalau kelebihan, bisa jadi toksin atau beracun. Kenapa demikian, karena kalau berbicara pupuk itu pasti ada kimianya. Meski demikian, kami masih menunggu hasil tes laboratorium,” kata Riwan.
Yang cukup mengherankan, kata dia, air yang berwarna merah pekat hanya di permukaan saja. Sementara, di bagian dalam sungai tidak terlalu pekat warnanya.
Tak hanya BLH, Unit Identifikasi Polres Bontang dan Puskesmas Bontang Selatan juga mengambil sampel. Sampel yang diambil meliputi air yang tercemar, sisa pewarna pupuk atau ferticol, serta sampel lainnya. Area TKP pun kemarin di-police line.
ANGGOTA DEWAN CEK TKP
Kabar air sungai yang berwarna merah juga mengundang perhatian anggota DPRD Bontang untuk datang. Sore kemarin, Ketua Fraksi Golkar Nursalam langsung mengecek ke Jembatan Kuning.
“Harus ditelusuri. Karena, selain membahayakan, saya dengar bahan berbahaya. Masyarakat ada mengaku gatal-gatal. Kami khawatir akan merusak biota laut,” kata Salam, sapaan akrabnya.
Kemungkinan, kata dia, anggota fraksi di komisi terkait akan diperintahkan untuk mengundang pihak-pihak pengguna bahan tersebut. “Kami minta klarifikasi, supaya kejadian ini tidak terulang. Artinya apa, jangan seenaknya membuang limbah ke sungai, BLH harus tegas. Berbahaya atau tidak, tetap saja pencemaran. Jadi, bukan lagi konteksnya berbahaya atau tidak, tapi ini pencemaran. Perbuatan ini harus diberi sanksi tegas,” ujar Salam.
Senada dikatakan politikus PPP Taqbir Ali. “Kondisi ini jelas meresahkan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di bantaran sungai tersebut. Jangan sampai malah terjadi kepanikan,” katanya.
PKT TELUSURI
Manajemen PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) juga melakukan penyelidikan atas asal-muasal ferticol yang mencemari air sungai di Jembatan Kuning. Pasalnya, selama ini mereka tidak pernah menyuplai jenis tersebut.
Manajer Humas PKT Eduarsyah mengatakan, selama ini pewarna pupuk subsidi yang diproduksinya adalah PC-06 (petrocoat) yang disuplai langsung dari PT Petrosida Gresik. Bentuknya cair dengan ukuran 200 liter.
“Kami selalu mendapat suplai dari Petrosida. Setelah kami cek ke gudang, ternyata yang kami pakai petrocoat, kalauferticol saya belum tahu. Makanya akan kami klarifikasi dulu,” jelasnya, kemarin.
Dia menerangkan, untuk petrocoat yang digunakan untuk pewarna pupuk subsidi produksi PKT, terbuat dari bahan organik, bukan bahan kimia. Jadi, sifatnya mudah larut dengan alam dan tidak berbahaya.
Lalu, terkait asal ferticol yang katanya dari PKT, Eduarsyah belum bisa memastikan. Dia menyerahkan sepenuhnya proses itu kepada penyidik.