Yarkand: Polisi menembak mati delapan orang yang diduga
pelaku teror Xinjiang. Penembakan itu, seperti dilaporkan otoritas
Xinjiang kemarin (Senin 30/12), terjadi di kawasan Yarkand, dekat
Kashgard di sebelah selatan Xinjiang.
Dalam pernyataan yang dilansir Xinhua, otoritas Xinjiang memaparkan bahwa para pelaku teror menyerang kantor polisi Yarkand sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Sembilan orang tersebut membawa pisau dan bahan peledak serta sempat membakar mobil polisi.
"Polisi mengambil tindakan yang diperlukan dengan menembak delapan orang serta menangkap satu orang lagi," kata anggota komite prefektur Kashgar.
Itu adalah penembakan kedua yang dilakukan polisi China terhadap terduga pelaku teror di kawasan Xinjiang. Awal bulan ini polisi menembak 14 orang hingga tewas dalam kerusuhan di dekat Kashar. Dua orang petugas polisi tewas dalam tragedi tersebut.
Otoritas China kerap menuding kelompok militan dari komunitas muslim Uighur--yang mayoritas bermukim di Xinjiang--sebagai pelaku teror di negeri tersebut. Sebaliknya, kelompok HAM dan warga kerap mengeluh polisi sering menggunakan senjata berat dalam menghadapi komunitas Muslim Uighur.
Warga muslim seringkali mengeluh atas diskriminasi yang dilakukan pemerintah China atas kebebasan berbudaya, beragama, dan berbicara bahasa mereka. Tetapi pemerintah membantah tudingan tersebut.
Dalam pernyataan yang dilansir Xinhua, otoritas Xinjiang memaparkan bahwa para pelaku teror menyerang kantor polisi Yarkand sekitar pukul 06.30 waktu setempat. Sembilan orang tersebut membawa pisau dan bahan peledak serta sempat membakar mobil polisi.
"Polisi mengambil tindakan yang diperlukan dengan menembak delapan orang serta menangkap satu orang lagi," kata anggota komite prefektur Kashgar.
Itu adalah penembakan kedua yang dilakukan polisi China terhadap terduga pelaku teror di kawasan Xinjiang. Awal bulan ini polisi menembak 14 orang hingga tewas dalam kerusuhan di dekat Kashar. Dua orang petugas polisi tewas dalam tragedi tersebut.
Otoritas China kerap menuding kelompok militan dari komunitas muslim Uighur--yang mayoritas bermukim di Xinjiang--sebagai pelaku teror di negeri tersebut. Sebaliknya, kelompok HAM dan warga kerap mengeluh polisi sering menggunakan senjata berat dalam menghadapi komunitas Muslim Uighur.
Warga muslim seringkali mengeluh atas diskriminasi yang dilakukan pemerintah China atas kebebasan berbudaya, beragama, dan berbicara bahasa mereka. Tetapi pemerintah membantah tudingan tersebut.