www.domainesia.com

Rasanya Menjadi Mantan Pencandu Narkoba


Sahabat saya, sebut saja namanya Badu. Sejak SMP, Badu sudah akrab dengan rokok dan minuman keras. Pertama kali berkenalan dengan narkoba jenis putaw saat kelas 2 SMA, berarti usia kira-kira 17 tahun. Hal ini bisa terjadi karena komplikasi hidupnya, antara lain:


  • orang tua yang terlalu menekan, suka membandingkan dirinya dengan kakaknya,
  • trauma pelecehan seksual saat usianya 7 tahun,
  • lingkungan pergaulan sejak kecil yang kuat dengan bullying dan lingkungan pergaulan remaja-dewasa yang kental dengan transaksi narkoba.


Sejak ia mulai kecanduan narkoba pada usia 17 tahun itu, sampai usianya 30 tahun, Badu telah mencoba berbagai macam jenis narkoba, terakhir drug of choice beliau adalah sabu. Selama periode itu, hampir tidak pernah ada 2 hari berturutan dilalui Badu dalam kondisi 100% sadar tanpa pengaruh obat.

Badu pernah masuk panti rehabilitasi saat usianya 24 tahun tetapi karena tidak ada support dan fondasi alasan yang kuat maka segera setelah keluar dari rehab, Badu relaps lagi.

Saat ini Badu sedang menjalani proses rehabnya yang kedua dan sudah berjalan hampir 1 tahun.

1 tahun proses rehab sama sekali bukan hal yang mudah, terlalu banyak naik turun emosi yang dilalui. Lepas dari kondisi putus obat adalah hal yang paling sederhana, Badu berhasil melewatinya hanya dalam beberapa hari saja. Tetapi yang jauh lebih berat adalah bagaimana menstabilkan emosi dan melatih pikiran positif dalam diri Badu agar tidak kembali pada narkoba dan berani menyusun hari depan yang lebih baik.

Setiap hari bagi Badu adalah perjuangan untuk berusaha mengalahkan cravings alias rasa ingin kembali memakai narkoba lagi. Hal-hal sederhana bisa menjadi trigger bagi Badu untuk mengingat kembali nikmatnya menggunakan narkoba.

Bila Badu teringat dengan segala permasalahan yang sudah ia timbulkan baik bagi keluarganya, bagi teman-teman dekatnya, bagi hobinya, bagi pekerjaannya, bagi semua hal yang ia sayangi, akibat kecanduannya, Badu craving lagi atau malah jadi suicidal karena ia ingin segera melupakan semua permasalahan itu, ingin menyelesaikan hidupnya saja agar tidak menjadi beban bagi dunia.

Sebaliknya bila Badu sedang positif dan bahagia, ia tetap craving juga, karena selama ini, bila ia sedang senang, satu-satunya tempat ia bisa berbagi rasa dan menikmati kebahagiaannya adalah narkoba.

Bila ia melihat sedotan, ia teringat peralatan sabunya. Bila ia mendengar lagu-lagu nostalgia yang biasa ia dengar bila sedang high, ia rindu perasaan high itu. Bila ia sedang kesal, ia ingin pake lagi, bila ia sedang bosan, ia ingin pake lagi. Singkatnya, hampir semua hal membuat ia ingin pake lagi.

Tetapi syukurlah Badu bisa melewati fase craving ekstrem ini dengan baik, meskipun ia pernah mengatakan kepada saya “San, orang kayak gue, sampai mati akan selalu ada aja saatnya pengen pake lagi. Udah gak bisa bebas dari perasaan itu.” Tetapi ia juga mengatakan bahwa saat ini ada hal yang menjadi pegangan dia, menjadi alasan yang lebih kuat baginya untuk bisa melawan cravingsnya yaitu support dari sponsornya.

Selama di rehab, Badu dilatih dan dipulihkan pola hidup dan pola pikirnya dengan program 12 steps dari Narcotic Anonymous dan satu-satunya orang yang tidak pernah berhenti mendukung dia adalah sponsornya ini, yang sudah dia anggap sebagai sahabat jiwanya. Badu merasa diterima dan dicintai tanpa dihakimi. Sponsor inilah yang membantu Badu untuk mau berusaha melewati sehari demi sehari, melawan semua pikiran negatif dan melawan semua kekhawatiran akan masa depan.

Saya bayangkan bagaimana rasanya hidup dengan dihantui oleh masa lalu yang begitu kacau tetapi juga tidak ada banyak pilihan untuk masa depan yang cerah, semua yang dimiliki sekarang harus dimulai dari minus, bahkan bukan dari nol, ditolak oleh keluarga, dihakimi oleh masyarakat.

Adalah hal yang sangat berat untuk menjalani hidup sebagai mantan pecandu narkoba. Everyday is a battle. Kalau kita tidak bisa bantu, minimal jangan menghakimi mereka lah.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
DomaiNesia
DomaiNesia