www.domainesia.com

Batas Nalar Manusia


Tidak setuju! Sebab, ungkapan “jangan mendewakan nalar, karena nalar terbatas” adalah ungkapan picik-otoritatif para elit agama untuk membungkam kritik umat demi menutupi/melindungi kelemahan doktrin yang mereka ajarkan.

Mengapa picik, karena para elit itu sendiri menggunakan nalarnya untuk mencari atau merumuskan dalil-dalil pendukung konsep-konsep doktrin yang mereka ajarkan. Apa yang mereka gunakan untuk menilai/menentukan hadist ini shoheh, hadits itu dha’if, hadits anu palsu? Akal dan nalar, bukan?

Agama apapun, Islam khususnya sangat mendorong manusia untuk menggunakan nalarnya. Seseorang yang nalarnya tidak berfungsi dengan baik, seperti para balita dan orang gila, tidak dibebani kewajiban menjalankan syariat agama.

Ketika manusia tidak bernalar maka kehidupannya tidak berbeda dengan binatang. Hanya akallah pembeda antara manusia dengan binatang. Manusia punya nafsu, binatang juga punya. Manusia punya kasih sayang pada anak, binatang juga punya. Manusia punya amarah, binatang bisa lebih buas ketika marah.

Jadi, menurut saya orang-orang yang sering menggencarkan ungkapan ‘jangan mendewakan nalar, karena nalar manusia itu sangat terbatas” adalah orang-orang picik-munafik. Orang awam dilarangnya menggunakan nalar, sementara dia sendiri bebas membuat dan menafsirkan dalil-dalil dengan akalnya.

Penutup. Nalar adalah anugerah teragung Tuhan kepada manusia, menghina dan merendahkan nalar manusia sama artinya menghina sang Pencipta nalar tersebut.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama
DomaiNesia
DomaiNesia